RSS

Testimoni Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

     Mata kuliah psikologi pendidikan memiliki bobot 2 sks. Saya mendapat kelas di hari Rabu pada pukul 11;00-13;00 WIB. Awalnya saya penasaran seperti apa sih psikologi pendidikan itu. Saya juga ingin tau bagaimana cara psikologi pendidikan dapat memberikan solusi dalam sistem pengajaran.

     Kemudian setelah hampir 2 bulan mempelajari psikologi pendidikan saya menyimpulkan bahwa belajar itu tidak harus dengan metode yang itu-itu saja. Karena dosen-dosen saya sendiri memiliki metode pembelajaran yang berbeda-beda, namun tetap mengacu pada satu tujuan. Metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan suasana kelas dan lain lain sehingga meningkatkan minat belajar. Sejauh ini saya tertarik dengan psikologi pendidikan dan ingin mengetahui lebih banyak lagi. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Intelegensi

     Intelegensi merupakan keterampilan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Topik intelegensi dikelilingi dengan kontroversi.
Apakah nature (Gen) atau nurture (lingkungan) yang paling berpengaruh dalam menentukan intelegensi? Para pendukung  “nature” yakin bahwa intelegensi itu diwariskan dan bahwa lingkungan hanya memainkan peranan kecil. Pandangan yang muncul mengenai isu nature-nurture adalah bahwa banyak sifat yang rumit, seperti intelegensi, mungkin mempunyai beberapa muatan genetika yang memberi mereka kecendrungan untuk lintasan perkembangan tertentu, seperti intelegensi yang rendah, rata-rata, atau tinggi. Namun, perkembangan yang aktual dari intelegensi membutuhkan lebih dari sekedar faktor keturunan. 
    
     Sebagian besar ahli saat ini setuju bahwa lingkungan juga memainkan peran penting dalam intelegensi, yang berarti bahwa memperbaiki lingkungan anak-anak dapat meningkatkan intelegensi mereka. Hal itu juga berarti bahwa memperkaya lingkungan anak-anak bisa meningkatkan prestasi sekolah mereka dan perolehan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan.

Tes-tes intelegensi individual: 
Ø  Tes Binet. Binet mengembangkan konsep usia mental, tingkat perkembangan mental seseorang bila dibandingkan dengan orang lain. Pada tahun 1912, William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yang merujuk pada usia mental seseorang dibagi usia kronologis, dikali 100. Yaitu MA/CA x 100. Apabila usia mentalnya sama dengan usia kronologis, maka IQ nya dalah 100. Apabila usia mental di atas usia kronologis, maka IQ nya lebih dari 100. Tes Binet telah direvisi berkali-kali untuk menggabungkan kemajuan dalam pemahaman intelegensi dan pengujian intelegensi. Revisi ini disebut Stanford-Binet (karena revisinya dilakukan di Stanford University). Tes Stanford-Binet saat ini dilakukan secara individual untuk orang yang berusia 2 tahun sampai dewasa.  Stanford-Binet terus menjadi salah satu tes yang digunakan untuk menilai intelegensi siwa.
Ø  Skala Weschler. Tes ini dikembangkan oleh psikolog David Weschler. Tes tersebut mencakup Weschler Preschool and Primary Scale of Intelligence III (WPPSI III) untuk mengetes anak-anak berusia 4 sampai 6 setengah tahun; Weschler Intelligence Scale for Children – IV Integrated (WISC-IV Integrated) untuk anak anak dan para remaja berusia 6 sampai 16 tahun; dan Weschler Adult Intelligence Scale (WAIS-III). Skala Weschler juga menghasilkan IQ verbal dan IQ kinerja.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Pendidikan Multikultural

    Pendidikan multikultural adalah merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa. Pendidikan ini mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya, seperti gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama. Pendidikan ini Mengandung dua dimensi yaitu,  pembelajaran (kelas)  dan kelembagaan (sekolah) yang antara keduaanya tidak bisa dipisahkan, tetapi justru harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif. Pendidikan ini bertujuan menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Pendidikan multicultural memiliki ciri ciri sebagai berikut:
1. Pengetahuan bukan sesuatu yang netral atau politis.
2. Keanekaragaman perspektif mengenai fenomena hidup.
3. Menjunjung tinggi keanekaragaman, berpikir kritis, reflektif, dan kecakapan sosial.
4. Proses pemberdayaan siswa maupun guru mengenai hak dan tanggung jawabnya.
5. Refleksi kebenaran atas berbagai perspektif, yang saling bertentangan sekalipun demi memahami       realitas secara utuh.
6. Berdasarkan sudut pandang dan pengalaman siswa
7. Memungkinkan siswa mengidealkan nilai-nilai sekaligus menerima realitas nilai tersebut secara         kritis.

     Pendidikan multikulturalisme sangat bermanfaat untuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragaman etnik, ras, agama, budaya dan kebutuhan di antarakita. Dalam pengembangan pendidikan multikultural bagi lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Manajemen Kelas

LAPORAN OBSERVASI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“MANAJEMEN KELAS”


1A. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah             : SMAN 1 Medan
Alamat Sekolah           : Jl. Teuku Cik Ditiro No. 1 Kota Medan
           Konsep Belajar            : K2013

B. SEJARAH SEKOLAH
            SMAN 1 Medan atau yang sering disingkat menjadi SMANSA terletak di jantung kota Medan, tepatnya di Jl. Teuku Cik Ditiro No.1.  Awalnya, SMANSA pertama kali dibangun di Jl. Teuku Umar No.1. sekitar tanggal 18 Agustus - 1 September 1950. Ada kenyataan yang sedikit mengejutkan ternyata SMANSA pernah menjadi SMA DARURAT akibat dari aksi Polisional oleh Belanda, makanya SMANSA dipindahkan ke Jl. Seram Biru. Tapi itu bukan halangan bagi SMANSA untuk jadi SMA favorit.

C. URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
1. Jadwal Observasi        : Kamis, 30 Maret 2017
2    2. Waktu Observasi         : 11:00-13:40 WIB
      3. Objek Observasi          : Kelas X MIA 2

     D. LAPORAN OBSERVASI 
     1. LANDASAN TEORI   
      a. Mengelola Kelas Secara Efektif
           Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan. Tren baru dalam manajemen kelas menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa ke arah disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, coordinator, dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru tidak berarti masuk kedalam model yang permisif. Penekanan terhadap perhatian dan regulasi diri siswa tidak berarti bahwa guru melepaskan tanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam kelas.
b. Masalah-Masalah pada Kelas yang Besar dan Berpotensi Menimbulkan Kekacauan
Ø   Ruang kelas itu multidimensional, ruang kelas adalah tempat untuk banyak aktivitas yang berkisar dari aktivitas akademis sampai aktivitas sosial. Guru harus terus mencatat dan memantau perkembangan siswa.
Ø     Aktivitas terjadi secara bersamaan, banyak aktivitas kelas terjadi secara bersamaan.
Ø   Hal-hal terjadi dengan cepat, peristiwa-peristiwa seringnya terjadi dengan cepat di ruang kelas dan sering kali membutuhkan respon saat itu juga.
Ø  Peristiwa sering kali tidak dapat diprediksi, meskipun sudah merencanakan aktivitas hari itu dan sangat teratur, peristiwa yang tak terduga tetap akan terjadi.
Ø  Hanya ada sedikit privasi, ruang kelas adalah tempat umum dimana siswa mengobservasi bagaimana guru menangani masalah kedisiplinan, peristiwa yang tidak terduga, dan keadaan yang membuat frustasi. Sebagian besar dari apa yang terjadi pada seorang siswa diobservasi oleh siswa lain dan siswa membuat atribusi tentang apa yang terjadi.
Ø  Ruang kelas memiliki sejarah, siswa mempunyai kenangan tentang kejadian sebelumnya di kelas mereka. Mereka mengingat bagaimana guru menangani maslaah kedisiplinan sebelumnya, dimana siswa mendapatkan lebih banyak hak istimewa daripada siswa lain, dan apakah guru bertindak sesuai janjinya. Beberapa minggu pertama tahun ajaran sekolah adalah penting untuk menetapkan prinsip-prinsip manjemen kelas. 
         Sifat kelas yang besar dan kompleks bisa menimbulkan masalah apabila kelas tidak dikelola secara efektif. Masalah seperti ini merupakan persoalan umum yang utama tentang sekolah. Kurangnya kedisiplinan dianggap sebagai masalah yang paling penting kedua, setelah kurangnya dukungan financial (Gallup Poll, 2004).

 c. Strategi dan Tujuan Manajemen
  Manajemen kelas yang efektif bertujuan untuk:
   Ø  Membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit               untuk perilaku yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas yang baik akan                membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan waktu belajar siswa.
Ø  Mencegah siswa mengembangkan masalah. Sebuah kelas yang dikelola dengan baik          tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu mencegah       berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik            membuat siswa-siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan menantang, melakukan       aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus diterima oleh siswa.
gd. Gaya Penyusunan Kelas
    Ø  Gaya Auditorium (auditorium style), semua siswa duduk menghadap guru. Susunan ini mencegah kontak siswa secara berhadap hadapan dan guru bebas untuk bergerak kemana pun didalam ruangan.
    Ø  Gaya berhadap-hadapan (face-to-face style), siswa duduk menghadap satu sama lain. Gangguan dari siswa lain akan lebih tinggi daripada dalam gaya auditorium.
     Ø  Gaya off-set (off-set style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk di meja, tetapi tidak duduk berseberangan secara langsung dari satu sama lain. Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan daripada gaya berhadap-hadapan dan bisa efektif untuk aktivitas belajar yang kooperatif.
    Ø  Gaya seminar (seminar style), siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih) duduk dalam susunan sirkuler, empat persegi, atau bentuk U
    Ø  Gaya kelompok (cluster style), siswa dalam jumlah kecil (biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan.
d. Menjadi Seorang Komunikator yang Baik
Komunikasi Verbal    
Ketika berbicara di dalam kelas dan dengan siswa,, salah satu hal terpenting yang harus diingat adalah untuk dengan jelas mengomunikasiskan informasi. Kejelasan berbicara sangatlah penting dalam pengajaran yang baik. Para ahli komunikasi merekomendasikan untuk mengganti pesan “Anda” dengan pesan “Saya” karena membantu untuk mengalihkan percakapan kea rah yang lebih konstruktif dengan mengungkapkan perasaan tanpa menilai orang lain. Kemudian aspek lain dalam komunikasi verbal melibatkan bagaimana orang-orang menghadapi konflik.
Komunikasi Nonverbal
Selain dengan berbicara, guru juga dapat berkomuniasi melalui bagaimana dia melipat tangan, melemparkan pandangan, menggerakkan mulut, menyilangkan kaki, atau menyentuh orang lain.

e. Menangani Perilaku Bermasalah
           Intervensi bisa dikarakteristisasikan sebagai minor atau moderat. Intervensi minor melibatkan penggunaan petunjuk nonverbal, membiarkan aktivitas tetap berjalan, mendekati siswa, mengalihkan perilaku, memberikan pembelajaran yang dibutuhkan, secara langsung dan tegas memberitahu siswa tersebut untuk menghentikan perilaku tersebut, serta memberi siswa sebuah pilihan. Intervensi moderat melibatkan tidak memberikan hak istimewa atau aktivitas yang diinginkan, mengasingkan atau memindahkan siswa, serta memberikan hukuman.
      Kekerasan adalah persoalan utama yang semakin meningkat di sekolah. Bersiaplah untuk tindakan agresif dari pihak siswa sehingga guru bisa dengan tenang menghadapinya. Berusahalah untuk emnghindari argument atau konfrontasi emosional.
2. METODE OBSERVASI
        Riset deskriptif yang bertujuan mengamati perilaku. Kami menggunakan metode ini karena kami hanya mengamati bagaimana proses pembelajaran berlangsung dan bagaimana interaksi antara siswa dengan guru. 
3. MANAJEMEN KELAS
          Kelas yang diobservasi terdiri atas 36 siswa, namun yang hadir pada hari itu hanya 26 siswa. Dimana semakin banyak jumlah siswa maka dapat menurunkan daya konsentrasi dan semangat belajar.
4. HASIL PENGAMATAN
a. Bagaimana Cara Pengucapakan kata bahasa inggris pada pembelajaran bahasa Inggris di kelas X Mia 2. 
b. Beberapa murid menyanyi menggunakan teks/ bacaan.
c. Barisan  laki-laki cenderung tidak bernyanyi.
d. Guru menjelaskan menggunakan bahasa inggris.
e. Guru memberi sesi tanya jawab pada teks inggris dan siswa terlihat pasif.
f.  Suasana kelas terlihat membosankan karena gurunya tidak bisa menciptakan suasana          kelas yang senang.
g. Tidak ada siswa yang  berani bernyanyi lagu english dikelas sehingga dilakukan                    pemanggilan melalui absen.
h. Suasana kelas menjadi tidak kondusif sesaat karena mereka takut dipanggil.
i. Yang berbeda dari SMA N 1 Medan adalah pihak sekolah mengizinkan siswa nya                   membawa hp dan menggunakannya pada saat jam berlangsung.
j. Setelah dipanggil melalui absen akhirnya ada yang mau bernyanyi.
k. Pembahasan dan pengajaran guru monoton dan membosankan.
l.  Ada beberapa kelompok hanya 1 aktif yang dalam pengucapaan bahasa inggris.
m. Indikator penilaian adalah anak tersebut mampu untuk mengucapkan kata dan bernyanyi      dalam  bahasa inggris.
n. Kurikulum k 2013 mewajibkan anak untuk mampu bernyanyi dan mengindentifikasi pesan     moral dr lagu tsb.
o. Anak laki-laki cenderung  malu dan tidak aktif. 
p. Suasana kelas menjadi tidak kondusif, banyak anak yang bergosip dan bermain hp pd          saat jam pelajaran.
q. Siswa mengalami perubahan perilaku ketika mengetahui jam pulang sudah dekat, siswa       perempuan terlihat memakai parfum.
r. Berlangsung sesi tanya jawab dan penjelasan pelajaran berikutnya dan siswa aktif .

E.RANGKUMAN HASIL OBSERVASI
     Saat kami mengobservasi di kelas X MIA-2 mata pelajaran yang masuk adalah Bahasa Inggris. Ibu guru yang sebelumnya sudah memberikan tugas menyanyikan sebuah lagu bahasa inggris langsung menyuruh seorang siswi untuk memasang lagu dan disambungkan ke speaker agar terdengar dengan jelas. Ketika lagu di putar para siswa/i pun mulai menyanyikan lagu tersebut, beberapa ada yang malu-malu menyayikannya, beberapa juga ada yang dengan bahagia menyanyikan lagu tersebut. Ibu guru pun berkeliling kelas melihat semua muridnya memastikan mereka semua menyanyi dan tidak ada yang menutup mulut. Dan setelah kami perhatikan lumayan banyak murid yang lancar mengucapkan bahasa inggris dari teks lagu tersebut, namun ada juga beberapa murid yang tidak membuka mulutnya saat menyanyi dan membuat ucapan bahasa inggrisnya pada lagu tersebut tidak jelas.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Motivasi, Pengajaran, dan Pembelajaran

A. Apa itu Motivasi?
    Motivasi adalah suatu proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Perilaku yang termotivasi adalah  perilaku yang mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan. Motivasi dalam kelas memunculkan pertanyaan mengapa siswa berperilaku dalam cara tertentu serta sampai tingkat mana perilaku mereka mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan. Jika siswa tidak menyelesaikan tugas karena bosan, makan terdapat motivasi yang kurang. Jika siswa menjumpai tantangan dalam melakukan riset dan menulis sebuah makalah, tetapi bertahan dan mengatasi rintangan, disini terdapat motivasi. 


B. Perspektif Psikologis dalam Motivasi

1. Perspektif Behaviorisme, menekankan penghargaan dan hukuman eksternal sebagai           kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa.
2.  Perspektif Humanistik, menekankan kapasitas siswa untuk pertumbuhan pribadi,                  kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas-kualitas positif (seperti             bersikap sensitive kepada orang lain).
3. Perspektif Kognitif, berpendapat bahwa pemikiran siswa mengarahkan motivasi mereka.      Perspektif kognitif juga menekankan pentingnya tujuan, perencanaan dan pemantauan         kemajuan menuju suatu sasaran.
4. Perspektif Sosial, kebutuhan akan afiliasi atau hubungan adalah motif untuk terhubung         secara aman dengan orang lain. Hal ini termasuk membangun, mempertahankan,                 serta memulihkan hubungan pribadi yang hangat dan akrab. 

C. Jenis Motivasi

1. Motivasi Ekstrinsik, melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi       ini seringkali dipengaruhi oleh intensif eksternal seperti penghargaan atau hukuman.             Motivasi ini menggunakan perspektif behaviorisme.
2. Motivasi Intrinsik, motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri. Motivasi     ini menggunakan perspektif humanistis.


D. Teori Atribusi
      Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk mengungkap penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab yang menentukan hasil. 
E. Efikasi Diri
            Efikasi diri  adalah keyakinan bahwa “saya dapat”; keputusasaan adalah keyakinan bahwa “saya tidak dapat”. Efikasi diri mempengaruhi pilihan aktifitas siswa. Siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang. Sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan besar. Siswa dnegan efikasi diri tinggi lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan siswa dengan efikasi diri rendah. 
           Para peneliti telah menemukan bahwa efikasi diri dan prestasi meeningkat ketika siswa menetapkan tujuan yang spesifik, bersifat jangka pendek, dan menantang. Siswa dapat menetapkan baik tujuan jangka panjang (distal) dan jangka pendek (proksimal). Hal yang baik untuk membiarkan siswa menetapkan beberapa tujuan jangka panjang, tetapi pastikan bahwa mereka juga menciptakan tujuan-tujuan jangka pendek sebagai langkah-langkah berikutnya. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Psikologi dan Tahap Perkembangan Pendidikan

A. Teori Perkembangan Kognitif

        Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget (1896-1980). Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

B. Tahap-Tahap Perkembangan
       Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat. Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya.Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut:
·         Kematangan fisik
·         Tuntutan masyarakat secara kultural
·         Tuntutan dan dorongan dari individu itu sendiri
·         Tuntutan norma agama
Tugas-tugas perkembangan bagi setiap fase perkembangan dalam rentang kehidupan individu dapat diuraikan sebagai berikut:
A.    Tugas Perkembangan usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun)
1.      Belajar berjalan
2.      Belajar memakan makanan padat
3.      Belajar berbicara
4.      Belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet training)
5.      Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6.      Mencapai kestabilan jasmani fisiologis
7.      Belajar memahami konsep-konsep sederhana tentang kehidupan sosial dan alam.
8.      Belajar melakukan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang lain
9.      Belajar mengenal konsep baik dan buruk
10.  Mengenal konsep, norma atau ajaran agama secara sederhana
B.     Tugas Perkembangan usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
1.      Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan 
2.   Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri)
3.      Belajar bergaul dengan teman sebayanya
4.      Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
5.      Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6.      Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat) sehari-hari.
7.      Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-buruk)
8.      Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri)
9.      Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial.
10.  Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
C.     Tugas Perkembangan usia remaja (13-19 tahun)
1.      Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2.     Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas 
3.      Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
4.      Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar
5.      Menemukan manusi model yang dijadikan pusat identifikasinya.
6.      Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
7.  Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip dan falsafah hidup.
8.  Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan
9.      Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
10.  Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga Negara.
11.  Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan)
12.  Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga.
13.  Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
D.    Tugas Perkembangan usia dewasa awal (20-40 tahun)
1.    Mengembangkan sikap, wawasan dan pengalaman nilai-nilai (ajaran) agama.
2.    Memperoleh atau mulai memasuki pekerjaan
3.    Memilih pasangan
4.    Mulai memasuki pernikahan dan hidup berkeluarga
5.    Mengasuh, merawat dan mendidik anak.
6.    Memperoleh hidup rumah tangga
7.    Memperoleh kemampuan dan kematangan karir
8.    Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat
9.    Mencari kelompok sosial (kolega) yang menyenangkan.
E.     Tugas Perkembangan usia dewasa madya (40-60 tahun)
1.    Memantapkan pemahaman dan pengalaman nilai-nilai agama
2.    Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
3.    Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
4.  Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan dan fungsi)
5.    Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
6.    Mencapai dan menpertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
7.  Memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa, baik di lingkungan kerja maupun masyarakat.
F.      Tugas Perkembangan usia dewasa akhir (60 tahun - mati)
1.    Lebih memantapkan diri dalam mengamalkan ajaran agama
2.    Mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan dan kesehatan fisik
3.  Dapat menyesuaikan diri dengan masa pensiun (jika pegawai negeri) dan berkurangnya “income”, penghasilan keluarga.
4.    Dapat menyesuaikan diri dengan kematian pasangan 
5.    Membentuk hubungan orang lain yang seusianya 
6. Memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga (istri, anak, menantu, cucu dan saudara)
     Dengan mengetahui secara garis besar tugas-tugas perkembangan di atas, kita dapat menyusun program-program pembelajaran non formal untuk membantu mengasah ketrampilan dan bakat individu sehingga tugas-tugas perkembangannya dapat dikuasai dan diselesaikan tepat waktu.


Sumber :  https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif#Periode_sensorimotor , http://tyantohimakata.blogspot.co.id/2012/04/makalah-psikologi-pendidikan.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0